Kakak biasanya selalu
menjadi panutan bagi sang adik, begitu pula dengan aku. Aku memiliki kakak yang
lima tahun lebih tua. Dulu, ketika kami
masih kecil, apa yang dilakukan kakak selalu juga aku lakukan. Sampai kakek
kami menyebut kami ‘anak kunyuk’ karena tingkah kami. Tidak salah, karena
menurut ibu kenakalan kami sudah diluar ambang batas kenakalan anak-anak
seumuran, kalau aku boleh bilang, itu bukan kenakalan, hanya ekspresi keingintahuan
kami yang melebihi anak yang lain.
Kakak selalu saja
spesial, dia bisa melakukan segala, atau lebih tepatnya aku belum bisa
melakukannya di umur yang terpaut jauh seperti itu. Namun tidak disangkal kalau
dia memiliki sesuatu yang istimewa, sejak kecil dia termasuk anak yang aktif
namun nilai rapor di sekolahnya juga tidak kalah ‘aktif’. Kalau tidak percaya,
lihat saja nilai raportnya dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama,
tidak pernah lepas dari lima besar di kelas. Bahkan ketika sekolah menengah
pertama, dia termasuk sepuluh lulusan terbaik di sekolahnya, sekolah favorit. Aku?
Perhitungan matematika sederhana saja tidak bisa. Hanya saja ketika memasuki
sekolah menengah atas, nilai dia turun, tidak drastis, namun masih berada di
kisaran sepuluh besar. Dia anak yang paling cerdas di keluarga kami.
Kakak selalu saja
spesial, dia bisa melakukan segala, atau lebih tepatnya aku belum bisa
melakukannya di umur yang terpaut jauh seperti itu. Sejak SD, sudah menunjukkan
beberapa bakatnya. Baik itu kesenian,
olahraga, maupun di bidang lainnya. Pernah suatu hari aku melihat buku gambar
kakak aku, di halaman pertama aku melihat sebuah anak kecil yang ingin ‘mengetapel’
seekor burung di sebuah taman, burung tersebut memiliki ekor yang panjang,
sangat indah. Aku? Hanya bisa menggambar gunung dengan hamparan sawah yang bisa
dikatakan lebih mirip dengan gambaran anak TK. Dia juga sangat lihai memainkan
alat musik, hampir semua alat musik yang ada di studio bisa dia mainkan. Aku? Menyanyi
saja fals. Ahh..kakak memang
multitalenta, di bidang olahraga pun tidak kalah cemerlangnya, hampir semua
olahraga dia coba, dan semua itu tidak main-main. Ketika SMP dia hampir
mewakili provinsi untuk katergori petenis junior. Aku? Hanya bisa memecahkan
genteng karena banyak bola yang nyasar.
Kakak selalu saja
spesial, dia bisa melakukan segala, atau lebih tepatnya aku belum bisa
melakukannya di umur yang terpaut jauh seperti itu. Dia anak yang pemberani. Ketika
aku masih kecil, bisa dibilang aku selalu saja berlindung di balik punggung
kakak, atau dia yang lebih melindungi aku? Masih jelas dalam ingatan ini,
ketika kakak membela mati-matian lantaran aku dihina oleh temannya, tanpa
ampun, aku sangat takut melihat wajah kakak aku waktu itu, seakan dari raut
wajahnya dia bilang “jangan ganggu adikku”, namun aku terkesan dengan
pengorbanannya. Aku? Hanya seorang bocah kecil yang cengeng.
Kakak selalu saja
spesial, dia bisa melakukan segalanya. Tapi, aku hanyalah aku, dan aku tidak
akan bisa melakukan apa yang kakakku lakukan.
sepertinya aku tahu lanjutannya.. cepetan dipost :D
BalasHapusopo jal lanjutane?!
Hapuswahh . .nek arep ngpost ki kudu semedi sik ndah, membutuhkan jiwa yang tenang soale.
:p