Pengikat hati itu
adalah komitmen. Berawal dari sebuah keyakinan yang mantap, untuk kemudian
berubah menjadi tindakan sadar yang bertanggung jawab. Salah satunya adalah
bersiap menghadapi tantangan yang menghadang, menaklukkan semua ujian yang
datang, menyadari resiko yang ada, serta keadaan-keadaan yang tidak
menyenangkan lainnya.
Maka, saat pilihan
untuk menikah itu datang, kita mestinya sadar, bahwa yang terbentang di depan
sana sangat terjal dan berliku. Bukankan kita tidak sedang bermimpi, namun
hidup di alam nyata?
Tidak ada –kecuali Allah
menghendaki- hal yang kita temui dalam hidup, seluruhnya mulus tanpa hambatan. Indah
seperti impian, manis laksana khayalan. Namun yang ada adalah hal-hal tak
terduga berbeda dengan rencana. Juga fakta-fakta mengejutkan yang seringkali,
nyaris membuat kita frustasi dan putus asa. Mimpi sedih menjadi nyata.
Ketika kita membuat
keputusan untuk menikah, menentukan calon mempelai wanita serta meminangnya lah
yang akan kita lakukan pertama kali. Maka tak salah jika kita menginginkan yang
terbaik, yang ada di depan kita, yang akan menjadi pendamping kita mengarungi
bahtera rumah tangga dan menjadi calon ibu bagi generasi penerus umat Islam
kelak. Wanita yang dia sangat menjaga kehormatannya, baik akhlaknya, bagus
perangainya, sopan tutur katanya dan selalu menyenangkan bila dipandang.
Romantisme cinta yang
indah itu bisa jadi tidak ada dalam kehidupan nyata. Kalaupun ada, ia tidaklah
kekal. Serupa dengan kisah cinta dalam film yang hanya berdurasi 2 hingga 3
jam. Ia akan usai dan pergi bersama kenangan indah yang tidak menjejak bumi. Hasrat
yang menggebu-gebu itu telah berlalu. Keindahan ragawi dan hal-hal lain yang
pernah membuat kita mabuk telah berubah bentuk. Fluktuasi rasa yang timbul
tenggelam, tingi rendah, menguat dan melemah menguapkan kecondongan hati dan
menepiskan rasa cinta. Itulah yang akan dirasakan ketika pinangan kita ditolak
oleh tuan rumah, ketika i’tikad baik kita ternyata dianggap belum pantas untuk
sang bidadari yang akan menjadi penghias rumah kita nanti, menjadi penyejuk
pandangan di tengah ilusi dunia yang fana.
Padahal harus diakui
bahwa menyemai cinta itu sejatinya tak semudah menanam singkong. Membangun cinta
tidak sama dengan membangun rumah, menata bata di atas bata. Bisa diukur dan
diprediksi secara presisi segala akibat dan kemungkinannya. Menjalani peran
cinta tidak semudah kita menulis cerita yang ketika kita tidak suka dengan alur
cerita dan endingnya kita dapat mengubah
dan menghapusnya sesuka hati kita. Maka dapat kita bayangkan bagaimana susahnya
menghancurkan harapan yang sudah kita bangun dan sudah kita persiapkan secara
matang guna menjemput sang kekasih hati yang ternyata akan berakhir dengan
kalimat ‘mungkin ada yang lebih baik bagimu’.
Ini adalah bagian
tersulit, walaupun Allah telah menyebutkan di dalam kitab-Nya bahwa apa yang
terbaik menurut kita, belum tentu hal tersebut adalah yang terbaik bagi kita
menurut Allah. Jangan merendahkan diri dengan bangunan iman yang goyah dan
nyaris runtuh karena masalah remeh temeh. Sibuk mempersoalkan hal-hal sepele
yang menyesakkan dada. Membuat kita tidak terima, menyalahkan Allah atas
takdir-Nya, atau berkeluh kesah alih-alih bersyukur atas nikmat-Nya.
Keinginan menjadi hamba
Allah yang baik, memanfaatkan usia yang tak lagi belia, memproduktifkan waktu
yang terus melaju, kesemuanya dalam keshalihan amal dan berkhusnudzon kepada
Allah. Sebaris gigi berbaris rapi dalam senyuman menawan harus selalu kita
jadikan obat untuk menyembuhkan luka hati yang telah menenggelamkan asa dan meluluhlantahkan
harapan yang telah kita bangun sebelumnya.
“Ketika kita sedang dilanda kekecewaan dan kemarahan, janganlah hati kita mencipta jarak. Lebih-lebih lagi mengucapkan kata-kata yang mendatangkan jarak hati diantara kita. Mungkin di saat seperti itu, diam merupakan cara yang bijaksana. Menata hatilah. Karena waktu akan membantu kita”.
kecewa karena tidak jadi menikah ya...
BalasHapusAllah Maha Teliti...Bersabar saja...semua indah pada waktunya...
hehe . .ini bukan tentang saya kok mbak.
Hapus:D
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus