Introduction
Pernah saya ditanya oleh teman saya, “enaknya naik gunung apa sih?!”. Dan sampai sekarang, kalau saya ditanya seperti itu, saya masih belum menemukan jawabannya. Intinya, ada perasaan yang “berbeda” ketika kita berada di atas awan.
ketika kita melihat awan berada di bawah kita, aneh |
Pernah juga adik kelas saya bertanya, “ngapain bu munggah gunung? Topo? Cah tekpang kok ndadak munggah gunung?Ajeng nliti nopo?”. Yahh..untuk mereka yang belum tau asiknya naik gunung pasti berpikiran demikian, dulu saya juga seperti itu.
Oke, pendakian ini saya lakukan bersama 7 orang teman saya. Enam orang diantaranya berasal dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Lima diantaranya anak FMIPA UNS dan satu dari mereka anak FK UNS. Saya sengaja mengajak anak UNS karena ada tiga orang yang sudah pernah mendaki Gunung Merbabu jadi bisa dijadikan sebagai pemandu biar nggak tersesat di tengah jalan. Karena tracknya tidak seperti Gunung Lawu yang memanjakan para pendakinya.
Gunung Merbabu (3.142 m dpl), merupakan gunung yang tergolong dalam gunung api tua yang terletak bersebelahan dengan Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung api aktif. Gunung Merbabu mempunyai banyak puncak-puncak bayangan (bukan puncak asli). Karena banyaknya puncak ini seringkali para pendaki mengeluh dan jenuh tapi justru hal inilah yang menjadikan gunung ini menantang untuk di daki.
Puncak Gunung Merbabu terdiri atas dua puncak yaitu Puncak Sarip yang terletak pada ketinggian 3.120 m dpl dan Puncak Kenteng Songo dengan ketinggian 3.142 m dpl. Kedua puncak ini mempunyai panorama alam yang berbeda.
Untuk menuju ke puncak Gunung Merbabu ada 2 (dua) jalur utama; lewat Selo/Boyolali dan lewat Tekelan/Kopeng. Kedua jalur mempunyai medan perjalanan yang berbeda. Kalau kita lewat Selo jaraknya lebih jauh tapi mempunyai panorama yang indah. Pohon - pohon pinus di sepanjang jalan terasa menciptakan kenyamanan selama perjalanan dan bisa memandang lereng Gunung Merapi lebih dekat.
Perjalanan lewat Tekelan/Kopeng jalurnya lebih landai tetapi karena erosi oleh aliran air hujan menyebabkan rute penjalanan menjadi dua yaitu jalur lama dan jalur baru.
Kawasan di sekitar lereng Gunung Merbabu banyak di tanami oleh sayuran pada musim penghujan dan waktu musim kemarau ditanami tembakau. Kualitas tembakau di sini terkenal baik dan menjaditumpuan penghasilan utama penduduk Selo.
Hutan di lereng Gunung Merbabu banyak didominasi oleh pohon cemara dan akasia, dan dihuni oleh monyet.
Jalur Selo
Untuk mencapai Desa Selo yang merupakan desa terakhir yang di lalui oleh kendaraan umum, dari arah Solo kita naik bus jurusan ke Boyolali kemudian naik lagi menuju Selo (20 km) yang terletak pada ketinggian 1.460 m.dpl (lihat jalur pendakian Gunung Merapi lewat selo).
Peta Jalur Pendakian G. Merbabu |
Perjalanan kita mulai menuju ke kampung Tuk Pakis yang merupakan Kampung terahkir untuk mencapai puncak Gunung Merbabu. Untuk tiba di kampung ini perjalanan melewati jalanan berbatu melalui Kampung Jarakan (1.580 m dpl) dan kampung Selo Tengah sekitar 1 jam perjalanan dari Pos Polisi.
Dusun Tuk Pakis terletak pada ketinggian 1.800 m.dpl, merupakan perkampungan kecil. Mata pencaharian sebagian besar penduduk dusun ini dengan bertani sayur-sayuran. Untuk persediaan air sebelum mendaki sebaiknya mengambil di kampung ini karena sumber air tidak kita temui lagi sepanjang pendakian ke puncak Gunung Merbabu. Setelah sampai di kampung ini kita bisa bermalam di rumah pak Soenarto atau dirumah Pak Prawiro (juru kunci Gunung Merbabu) dan meneruskan perjalanan pada pagi harinya atau malam hari.
Dari rumah Pak Sunarto/Prawiro kita berjalan menuju ke arah batas ladang dan hutan yang tidak terlalu jauh.
Track G. Merbabu |
Dari batas hutan dan ladang perjalanan di teruskan di jalan setapak yang akan menemui banyak percabangan menuju ke atas tetapi jalanan akan bertemu di satu tempat yaitu di jalan pertigaan pertama.
Dari pertigaan pertama kita menuju ke jalan yang lurus atau ke arah kanan sama saja, mulai akan bertemu di percabangan jalan. Dari percabangan kita ambil jalan ke arah kiri yang melewati sebuah bukit maka kita akan sampai di Dok Jarakan (45 menit), lalu jalan ke arah kanan kita akan sampai di Dok Malang. Perjalanan dari Dok Jarakan ke Dok Malang di butuhkan waktu sekitar 30 menit.
Dari Dok Malang, kita berjalan ke arah kiri sampai ketemu hutan yang agak lebat, belok ke arah kanan, menyusuri pinggiran jurang kita akan sampai di pertigaan Ampel. Kemudian perjalanan diteruskan menyusuri jalanan lurus, lalu ke arah kiri selama 1 jam kita akan sampai di Pos Gopa.,dan kita teruskan menuju ke Batu Gubuk.
Sabana 1 |
Dari Batu Gubuk diteruskan lagi menuju ke Sabana I. Dari Sabana I jalan mulai landai dan kita akan sampai di Sabana II, sebuah padang rumput yang letaknya dilereng Gunung Kukusan. Dari Sabana II kita langsung bisa menuju ke puncak Kenteng Songo (3.142 m.dpl). Dari Puncak kenteng Songo kita meneruskan perjalanan ke puncak Sarip (3.120 m.dpl). Total perjalanan dari Selo sampai ke puncak Gunung Merbabu membutuhkan waktu 7-8 jam dan turunnya 5 jam perjalanan.
Untuk jalur pendakian utara lewat Kopeng belum dapat saya tuliskan karena saya belum pernah lewat jalur itu. Mungkin di antara teman-teman ada yang sudah pernah melalui jalur tersebut dapat di-share-kan di blog ini. ^_^
Ada fenomena bagus yang saya abadikan setiap menitnya, Gunung Merapi yang muncul perlahan dari balik awan. Semakin lama semakin terlihat jelas.
subhanallah.....
BalasHapussaya sebenarnya suka naik-naik ke puncak gunung.. tapi, apa daya ternyata ada hal lain yang harus saya dahulukan...
keep sharing ya..
naik-naik ke puncak gunung?!
BalasHapusitu mah lagu jaman teka.
T.T
tak apa, kalau ada hal yg lebih ptg, dahulukan yg lebih ptg itu aja dulu nim.
pilih yg prioritas.
^_^
oke nim.
insyaa Allah kalo udah berhasil menaklukkan puncak tertinggi di Jawa Tengah ane sharing lagi deh.
kalo bisa pake nama ya nim.
biar lebih enak manggilnya nim.
oke nim?!
hehe..kapan ya aku tekan puncak gunung??hehe
BalasHapusayoooo mangkat meneh.... hehehehhehee
BalasHapus