ketika dua hati masih belum saatnya bersatu |
Galau. Kata yang sering diucapkan oleh teman-teman ketika ada masalah dengan makhluk yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Entah apa maksudnya, tapi yang saya tangkap itu ada main-main dengan yang namanya hati. Hati memang lemah kawan. Siang tadi, setelah membaca postingan teman membuat hati ini semakin kacau. Persis dengan yang saya alami. Walaupun sudah mengambil tekad untuk TIDAK mengulanginya lagi, ternyata masih saja ada gangguan. Maaf, karena saya masih belum bisa menjaga hati ini. Namun saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Karena hanya seekor keledai lah yang jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali. Karena engkau istimewa, dan hanya perlakuan yang istimewa pula yang seharusnya engkau dapatkan. Bukan dengan status “berhubungan” seperti yang dilakukan oleh kebanyakan teman kita.
Duhai saudariku, kupersembahkan senandung gerakan ujung penaku ini untukmu yang ingin merasakan indah dan paripurnanya risalah langit dari Allah ‘azza wa jalla agar bertambah dan semakin kokoh hasratmu dalam menikmati posisimu sebagai kaum hawa..Segala puji bagi Allah ‘azza wajalla yang telah menyempurnakan langit tanpa tiang dan menjadikan taburan bintang sebagai pelengkap indah dan pesonanya.Semoga shalawat dan salam tetap tercurah teruntuk sosok yang begitu mulia dan dicinta penduduk bumi dan langit, dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam..
Hal pertama yang kukabarkan padamu bahwa engkau adalah sosok yang dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun kukatakan pula bahwa engkau adalah makhluk nan penuh misteri. Lihatlah disana literatur-literatur bertumpuk membahas tentangmu sebagai makhluk yang berbeda dengan kaum kami. Engkaulah topik yang menjadi inspirasi sekaligus menjadi kuncup-kuncup nan mempesona dalam menggerakkan pena dan tinta para penulis. Sekiranya seluruh pendapat dan pandangan yang tertuju padamu dihimpun menjadi satu maka tidak akan pernah tertampung dalam buku tebal nan berjilid-jilid. Dan tentu saja wahai belahan jiwa kaum kami, pembicaraan tentangmu tidak akan pernah gersang atau pun usang seiring musim silih berganti..Duhai saudariku yang mulia..Ketika aku berbicara tentang kaummu maka aku sedang menyelami sisi emosional yang umumnya dijadikan pijakan dalam berpikir oleh kaummu sendiri, bukan dengan nalar. Kukatakan demikian karena Allah telah menganugerahkanmu sisi emosional yang lebih dominan daripada nalar. Sisi emosional ini pun bereaksi lebih cepat dari nalar. Porsi emosional yang ada pada kaummu pula lebih besar dibanding yang ada pada kaum kami laki-laki. Adakah Allah ‘azza wajalla menzalimi kita dengan perbedaan porsi tersebut??
Aku harap engkau mampu menemukan jawabannya dengan menyusuri untaian kalimatku sehingga bertambah kecintaanmu pada Allah. Bertambah kekuatanmu dalam manghadapi ganasnya badai di samudera kehidupan dan bertambah pula kekokohan pribadimu bak karang yang tak goyah dihempas ombak..
Saudariku,Dengan anugerah sisi emosional yang dominan, engkau akan mampu bersikap penuh perasaan dan kasih sayang terhadap suamimu. Engkau mampu mengusap air mata kami yang berlinang karena sedih lalu menggantikannya dengan senyum dan tawa bahagia, menghilangkan duka dan lara,. Engkau mampu memberikan sentuhan lembut kala raga begitu lelah berterik mentari di arena kehidupan, lalu menggantikan dengan sejuk jiwamu. Engkau akan cantik dan bak permata akan menyenangkan mata suamimu terkasih dan tentu saja menjadi perhiasan terindah yang menjadi dambaan lelaki, lalu surgapun engkau dapatkan.
Engkau pula (dengan sisi emosionalmu) akan mendidik makhluk Allah yang mungil baik dari kaummu sendiri maupun dari kaum kami. Engkau akan mendidik mereka menjadi kesatria-kesatria tangguh dan berilmu syar’i. Mereka akan berteriak dari masa depan yang cerah dengan berkata :
“ibuuuuuu, aku telah menghafal al-qur’an,"
"Buuuundaaaa, anakmu ini udah menghafal hadist-hadist nabi-Nya,"
"aku sudah fasih berbicara bahasa arab, mamaaaa."
"Umiiiii, aku ingin tinggal di surga..”
Subhanallah kawan, engkau begitu agung. Namun ma’afkan aku, tarian penaku harus terhenti disini karena hitam bola mataku mulai berkaca.
Sekian kawan,
Dari hamba Allah yang fakir,
(Yani Fachriansyah Muhammad A-samawiy)
Membaca tulisan itu, membuatku semakin merasakan kesalahan yang begitu besar. Hei, dia itu makhluk yang istimewa, tak sepantasnya kau perlakukan seperti itu. Dan akhirnya, saya mengerti dan sadar bahwa saya masih terlalu fakir untuk membuat keputusan yang akan menghilangkan fitnah ini. Semoga ini tulisan terakhirku, untukmu. Hati ini lemah. Barakallahu fiik.
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu"
(Riwayat at-Tirmidzi)
Salam,
*untuk yang pernah merasakan hal yang sejenis.
“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati akan menjadi tenteram”.
(Ar-Ra’d : 28)
diriku sudah membacanya...
BalasHapusMari moving foward brother,,okey??
Perjuangan untuk bangkit dan menjadi lebih baik,,
ulat bulu pada akhirnya akan menjadi kupu2 yang cantik nan indah,,semuanya hanya masalah waktu,,seperti kehidupan qt...
gek diwoco ik.
BalasHapus--"
*iki konyole lagi kumat og Jhe, dadine melow2 pie ngono.
hhe..
oke..
kita lihat diri kita 10 tahun ke depan.
akan seperti apa kita nantinya.
:D
walaupun ulat bulu itu akan menjadi kupu2 yang cantik, tapi pada dasarnya ulat bulu itu bikin gatal dan "nggilani" (saya tidak bisa menemukan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia)
siiphh...
berjalan pada jalannya masing-masing hingga ada percabangan yang akan menyatukan jalan itu.
betul ga Jhe?!
Jadi pengen nangis .. baca artikel ini... :'(
BalasHapusnona conan :
BalasHapusweitss...jangan nangis di sini mbak.
lagian itu cuma keisengan saya kok.
ehehe...
wafiika barakallah...
BalasHapusmenjaga hati dan tidak mengulangi kesalahan itu memang sulit...
manusia punya kelebihan dan kekurangan..
semoga Dia senantiasa membimbing kita ke jalanNya..
wassalamu'alaikum...
.kudune aq turu saiki...tp malah brebes....ahhhhhh..mas ichaaaaaallllll..keselll awakQ
BalasHapusulysses :
BalasHapuslahh..kok iso nyasar tekan kene?!
-____-a