Bagiku mendaki gunung bukan sekedar adventure, menguji nyali
atau berbaur dengan alam. Namun semacam perjalanan spiritual. Ada banyak cara
untuk mengenal diri. Dan bagiku salah satunya adalah dengan mendaki.
Bagi
sebagian orang, kegiatan mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan ekstrim
yang ‘mungkin’ tidak akan bisa dilakukan oleh orang biasa, mengingat waktu yang
diperlukan untuk sekali melakukan perjalanan tidak sebentar, kemudian mereka
mengonversi waktu tersebut menjadi satuan energi yang akan terbuang demi
menggapai tanah tertinggi di gunung tersebut.
Memang benar,
untuk mendaki gunung memerlukan energi yang lebih, karena kita mau tidak mau
harus ‘memaksakan’ diri untuk tetap melangkahkan kaki menuju puncak, bahkan
akal sehat kita tidak akan mampu mencerna bagaimana kita dapat memperoleh
tenaga sebesar itu ketika kita sudah dapat mencumbui puncak tersebut, dan
ketika kita menyadari hal itu yang tersisa hanya sedikit kalori yang nantinya
akan diubah menjadi tenaga dalam perjalan pulang.
Namun,
perjuangan itu, semua lelah itu akan terbayar ketika kita melihat hamparan
samudera di atas awan yang akan meningkatkan detak jantung kita dan membuat
kita berdecak kagum atas ciptaan-Nya.
Namun perlu diingat,
mendaki gunung bukanlah
kebanggaan untuk unjuk diri atas kemampuan, keberanian, dan keberhasilan
mencapai puncak. Serta menjadi sebuah cerita dan kisah yang menarik lalu
dilupakan oleh waktu dan pengalaman baru. Sampai di puncak setelah menembus belantara dalam cuaca yang
dingin dan mencekam memang kegembiraan.
Lebih dari itu, mendaki gunung adalah semangat untuk mengenal diri kita melalui alam yang telah diberikan kepada kita oleh Sang Maha Kuasa. Untuk mencintai dan bertekuk lutut di hadapan Sang Kuasa atas semua yang kita rasakan lewat alam semesta.
Malam
hari saat di puncak gunung, pandang bintang - bintang di langit. Pagi hari saat
di atas bukit, lihatlah hamparan rumput hijau. Dengarkan gemuruh kawah gunung, desiran angin dan usapan embun lembut yang turun
ke lembah mengusap wajah dan kulit kita. Rasakan, dan kita akan menyadari bahwa
kita bukanlah apa - apa.
akhirnya posting lagi..
BalasHapuskangen juga mampir kesini..
bersiap cerita selanjutnya sindoro-sumbing..:)
hehe..wingi vakum gara2 galau penelitian masbro, setelah dipikir2 kok kangen nulis ya, yowiz deh dadine posting blog meneh.
Hapus:D
yo'i..minggu depan insyaa Allah release cerita sindoro-sumbing (merapi)
:D
Mengajarkan perjuangan hidup bgt ya,, jd mupeng naik gunung, -__-
BalasHapuspernah ngalamin kejadian2 horror gak saat naik2 gunung gt? liat penampakan, misalnya.. X)
yap..kata orang sih naik gunung itu seperti menjalani hidup versi singkat (ntah gimana ngomongnya) yang jelas naik gunung itu nggak semudah, semulus, se-simple yang kita bayangkan, begitu juga hidup ini.
Hapus*ceileh*
:D
wahh..alhamdulillah sampe sekarang belum pernah ngalamin hal2 yang aneh2 gitu, jangan sampe deh, serem.
>.<