3/14/2012

the older



Kakak biasanya selalu menjadi panutan bagi sang adik, begitu pula dengan aku. Aku memiliki kakak yang lima tahun lebih tua.  Dulu, ketika kami masih kecil, apa yang dilakukan kakak selalu juga aku lakukan. Sampai kakek kami menyebut kami ‘anak kunyuk’ karena tingkah kami. Tidak salah, karena menurut ibu kenakalan kami sudah diluar ambang batas kenakalan anak-anak seumuran, kalau aku boleh bilang, itu bukan kenakalan, hanya ekspresi keingintahuan kami yang melebihi anak yang lain.

Kakak selalu saja spesial, dia bisa melakukan segala, atau lebih tepatnya aku belum bisa melakukannya di umur yang terpaut jauh seperti itu. Namun tidak disangkal kalau dia memiliki sesuatu yang istimewa, sejak kecil dia termasuk anak yang aktif namun nilai rapor di sekolahnya juga tidak kalah ‘aktif’. Kalau tidak percaya, lihat saja nilai raportnya dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama, tidak pernah lepas dari lima besar di kelas. Bahkan ketika sekolah menengah pertama, dia termasuk sepuluh lulusan terbaik di sekolahnya, sekolah favorit. Aku? Perhitungan matematika sederhana saja tidak bisa. Hanya saja ketika memasuki sekolah menengah atas, nilai dia turun, tidak drastis, namun masih berada di kisaran sepuluh besar. Dia anak yang paling cerdas di keluarga kami.

Kakak selalu saja spesial, dia bisa melakukan segala, atau lebih tepatnya aku belum bisa melakukannya di umur yang terpaut jauh seperti itu. Sejak SD, sudah menunjukkan beberapa bakatnya. Baik  itu kesenian, olahraga, maupun di bidang lainnya. Pernah suatu hari aku melihat buku gambar kakak aku, di halaman pertama aku melihat sebuah anak kecil yang ingin ‘mengetapel’ seekor burung di sebuah taman, burung tersebut memiliki ekor yang panjang, sangat indah. Aku? Hanya bisa menggambar gunung dengan hamparan sawah yang bisa dikatakan lebih mirip dengan gambaran anak TK. Dia juga sangat lihai memainkan alat musik, hampir semua alat musik yang ada di studio bisa dia mainkan. Aku? Menyanyi saja fals. Ahh..kakak memang multitalenta, di bidang olahraga pun tidak kalah cemerlangnya, hampir semua olahraga dia coba, dan semua itu tidak main-main. Ketika SMP dia hampir mewakili provinsi untuk katergori petenis junior. Aku? Hanya bisa memecahkan genteng karena banyak bola yang nyasar.

Kakak selalu saja spesial, dia bisa melakukan segala, atau lebih tepatnya aku belum bisa melakukannya di umur yang terpaut jauh seperti itu. Dia anak yang pemberani. Ketika aku masih kecil, bisa dibilang aku selalu saja berlindung di balik punggung kakak, atau dia yang lebih melindungi aku? Masih jelas dalam ingatan ini, ketika kakak membela mati-matian lantaran aku dihina oleh temannya, tanpa ampun, aku sangat takut melihat wajah kakak aku waktu itu, seakan dari raut wajahnya dia bilang “jangan ganggu adikku”, namun aku terkesan dengan pengorbanannya. Aku? Hanya seorang bocah kecil yang cengeng.

Kakak selalu saja spesial, dia bisa melakukan segalanya. Tapi, aku hanyalah aku, dan aku tidak akan bisa melakukan apa yang kakakku lakukan.

2 komentar:

  1. sepertinya aku tahu lanjutannya.. cepetan dipost :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. opo jal lanjutane?!
      wahh . .nek arep ngpost ki kudu semedi sik ndah, membutuhkan jiwa yang tenang soale.
      :p

      Hapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...