dan hujan

`apa yang kau  ingat ketika hujan merintik pada harimu?`
dan aku terpekur membaca selarik kalimat itu.

kenangan.
rindu.
kekaguman.

Mendadak bertebaran kata hujan,
bau-bau tanah basah selayak candu,
gigil menjadi umpatan yang juga dinanti laku.

Dan aku mencintai hujan,
beserta seluruh pujangga yang memuja hujan.

Bukan kepada kesegaran yang mendadak menguar syahdu,
bukan kepada dingin yang mampu menahan waktu,

tapi, kepada cinta yang hanya butuh untuk diam.
menikmati segala penebusan tentang penantian.

Melankolia nada terngiang untuk mengenang,
deras hujan memberi jeda untuk sekedar menyapa abu kehitaman.

Ya, tentang tirai itu.
yang tak pernah bisa ditembus kecuali oleh para pujangga,
punggawa bahasa yang tak pernah habis kata,
: kamu.

Hujan selalu mempertemukanku pada kamu.
Kamu yang berbeda. Kamu yang banyak ragamnya.

Kini, aku ingin jadi kekasihmu.
Selalu memuji bagaimanapun datangmu.
Menengadahkan tangan dan menyunggingkan senyuman.
Bukan kamu, tetapi hujan.