1/01/2011

Hargo Dumilah ; 3265 mdpl, an impressive adventure ever


Gunung Lawu, salah satu tujuan liburan saya di penghujung tahun ini. Berawal dari ceplosan omongan bersama teman untuk merencanakan muncak ke Gunung Lawu pada malam tahun baru. Bersama tiga orang yang lain, kami berempat “nekat” mendaki Gunung Lawu dengan peralatan seadanya. Berbekal senter dan jaket, pendakian pun dimulai setelah melaksanakan shalat isya’.

Ada dua pintu utama pendakian yang disarankan yaitu Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Keduanya hanya terpaut 200 meter dan dipisahkan oleh perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Memilih untuk mendapatkan jalur pendakian yang lebih cepat namun nge-track, berpanorama indah dan tertata rapi hingga ketinggain 2.100 m.dpl, kami putuskan untuk melewati pintu Cemoro Sewu.

pintu masuk Cemoro Sewu

Gunung Lawu memiliki 3 puncak tinggi yaitu Hargo Dalem (3.148 mdpl), Hargo Dumiling (3.180 mdpl), dan Hargo Dumilah. Yang terakhir tersebut tadi menjadi puncak tertinggi Gunung Lawu yang memiliki ketinggian 3.268 mdpl. Ketiga tempat tersebut masing-masing memiliki catatan sejarah yang terkait dengan sisa-sisa kebesaran kerajaan Majapahit di nusantara.

Jalur pendakian Cemoro Sewu menawarkan banyak panorama yang memukau pemandangan. Pendaki akan disuguhkan ekosistem flora dan fauna yang beragam seperti ribuan jejeran pohon pinus dan cemara, akasia, angrek, eidelweis, cantigi, rustania, puspa, beringin, beragam jenis burung seperti burung anis, burung perjak, burung kerak, burung elang dan suara-suara primata owa jawa dikejauhan. Kesemua kehidupan alam liar tersebut dapat dengan mudah kita temukan mulai dari jalur pendakian antara shelter 3 hingga puncak Hargo
Dumilah.

Untuk menjejak puncak Hargo Dumilah melalui jalur ini memakan waktu sekitar 7 jam pendakian. Para pendaki akan menjumpai 5 shelter peristirahatan yang masing-masing berada pada ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan 2.900 m dan shelter terakhir pada ketinggian 3.100 mdpl. Antara shelter 4 dan shelter 5 terdapat mata air yang dikenal dengan nama Sendang Drajat yang diyakini para penganut aliran kepercayaan memiliki banyak khasiat bagi kesehatan dan kesejahteraan hidup.


Pukul 01.19 a.m. udara dingin mulai menusuk tulang, padahal sarung tangan, kaos kaki, sarung, slayer, serta jaket sudah dimelekat di tubuh. Namun ternyata masih belum cukup ampuh juga. Parafin yang disiapkan di awal pendakian pun tidak dapat dinyalakan karena angin yang cukup kencang selalu membuat api tidak dapat menyala. Akhirnya perjalanan pun dilanjutkan kembali setelah beristirahat selama 2 jam di pos 3.


Di tengah perjalanan selepas pos 3, cuaca ekstrim tak terduga mulai beraksi. Badai disertai angin kencang serta gerimis membuat kami memutuskan untuk berhenti sejenak di tengah perjanan. Cuaca yang tidak bersahabat ditambah dengan daya baterai yang kami gunakan telah habis menguji kapabilitas saya sebagai pemimpin rombongan saat itu. Saya memutuskan untuk diam sejenak di tempat kami saat itu karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjanan. Karena cuaca tidak kunjung membaik dan tidak ada pendaki yang melewati tempat kami selama beberapa saat, akhirnya saya mengajak rombongan untuk turun ke pos 3 yang kondisinya lebih aman mengingat suhu di atas semakin dingin dan dikhawatirkan kami terkena hipothermia. Alhamdulillah, ketika perjalanan turun kami bertemu dengan dua orang bapak-bapak yang juga sedang dalam perjanan mendaki. Dengan pertolongan Allah melalui bantuan bapak tersebut, saya dan rombongan akhirnya sampai di pos 4 setelah melewati badai yang luar biasa (bisa dibayangkan seperti pendakian di program televisi Jejak Petualang), saya memilih untuk break  di pos 4 sambil menunggu badai sedikit reda kemudian melanjutkan kembali perjalanan munuju puncak.
Kabut masih menyelimuti perjalanan menuju puncak disertai dengan angin kencang.

Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam sampailah kaki menjejak di puncak Lawu, Hargo Dumilah. Pemandangannya makin indah dengan gumpalan awan yang menghampar jauh dibawah jejakan kaki. Langitnya makin biru. Anginnya makin sejuk dan tetap kering. Matarinya tetap terik namun hati semakin takjub mensyukuri diri dapat memandangi sekelumit karya dari Sang Pencipta alam semesta. Dan kami merupakan rombongan kedua yang berhasil mencapai puncak pada hari itu. ^_^

Pemandangan dari puncak Hargo Dumilah pada saat tertutup awan sangat indah. Jika melepaskan pandangan kearah timur maka kita dapat menyaksikan beberapa puncak gunung lainnya seperti pulau – pulau kecil yang dibatasi oleh lautan awan, seperti yang digambarkan dalam khayangan. Bila udara bersih tanpa awan kita dapat melihat pantulan matahari dideburan dan riak ombak laut pantai Selatan. Sangat jelas terlihat kota Wonogiri juga kota-kota di Jawa Timur. Tampak juga waduk Gajah Mungkur juga Telaga Sarangan. Melepaskan pemandangan kearah barat, kita akan melihat pucuk puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Negeri di atas awan

Perjalanan turun tidak seberat ketika perjanalan mendaki. Hanya butuh 4 jam untuk menuruni Gunung Lawu hingga ke pos pendakian awal. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan orang-orang yang baru saja memulai pendakiannya karena ingin merayakan tahun baru di puncak Gunung Lawu. Ada yang cukup menarik perhatian saya, di tengah perjalanan kami bertemu dengan rombongan pecinta alam dengan carrier yang besar-besar (kapasitas 100 L mungkin) dan salah satu pesertanya adalah akhwat, sekali lagi seorang akhwat (berkacamata). Weww...


Alhamdulillah ‘ala kulli haal, kami tiba di bawah dengan selamat dengan total perjalanan selama 28 jam dan melewati badai yang tidak disangka-sangka. Menantikan pendakian selanjutnya di Gunung Pangrango, liburan akhir semester. Chayoo...ada yang mau ikut?! ^_^

"Sang Petualang"

8 komentar:

  1. "Ada yang cukup menarik perhatian saya, di tengah perjalanan kami bertemu dengan rombongan pecinta alam dengan carrier yang besar-besar (kapasitas 100 L mungkin) dan salah satu pesertanya adalah akhwat, sekali lagi seorang akhwat (berkacamata). Weww..."

    bagaimana pendapatmu??

    BalasHapus
  2. hehe...

    edelweis tak seindah senyumanmu

    BalasHapus
  3. uni zahra :
    heumm...kok tanya pendapat saya?
    uni zahra tentu lebih paham ttg hal itu kan?
    kalo saya mah cuma geleng2 sambil berkata "heummm..." *dalam hati.

    arsyad :
    edelweisnya belum mengembang bro, baru kuncup kemarin.
    mungkin di lain kesempatan, insyaa Allah.

    BalasHapus
  4. wow, subhanallah...
    semoga diberi kesempatan pula mendaki gunung lawu...
    :)

    BalasHapus
  5. mbak nurul :
    gunung Lawu track-nya lebih enak kok mbak.
    jangan khawatir kehabisan bekal juga, karo ternyata di atas puncak Lawu ada warung nasi Mbok Yem (tempat persinggahan favorit para pendaki tu).
    ya walaupun harus turun dikit dari puncak sih.

    mbak Nurul ini temennya mas Atma ya?
    kalo ketemu salam ya.
    oia, itu foto di Merapi tah?
    keren.

    BalasHapus
  6. wew, jadi berasa tua dipanggil mbak =.=

    oh gitu ya,
    semoga bener2 ada kesempatan kesana. :D
    ini susah nyari temen akhwat yang mo ikutan.
    tapi sepertinya long trip ya?

    mas Atma tu yang FBnya Jundi Atma As Salaf itu ya?
    heeem, cuma tahu sih, tapi gak kenal :D
    dia itu omnya temenku. :p

    iya. Alhamdulillah, waktu itu diberi kesempatan mendaki merapi. :)

    BalasHapus
  7. loh?!
    lha apa donk?
    msa' manggilnya tante?
    kan nggak enak
    ehehe..

    long trip?
    nggak kok.
    cuma 7 jam, sama kayak merbabu.
    belum tau track-nya tah?
    asik lho, bikin lingkar betis tambah gede.
    :D

    he'em he'em.
    yg fb'nya jundi atma salaf itu.
    pernah ketemu sama mas atma, tp cuma sekali.
    soalnya dia kan di d3 ipb (udah lulus donk skrg)
    masa' omnya temen mbak?
    jadi saya gaulnya sama om2 donk.
    hadeehhh..
    -_____-"

    kemarin sempat diajak ama temen juga ke puncak garuda.
    tapi mikir2lah, masih "panas" gitu.
    lagian ntar kalo pas nyampe puncak trus mbledug kan ga lucu.
    heuheu...

    BalasHapus
  8. oh iya ya,,
    :D

    jangan2 itu 7 jam versi pendakitenagakuli, :s
    waw, jadi tambah penasaran. tapi gak ada kepastian kapan bakalan mendaki lagi... :D

    lha emang iya. :D
    gak tahu om dari urutan gimana pokoknya temenku manggilnya om.

    hahaha
    kayaknya gak segitunya deh. sudah terbukti banyak yang naek.
    gak papa kan jadi terkenal..
    :Dv

    BalasHapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...