4/24/2012

Perpisahan



Salah satu kata yang paling tidak aku sukai adalah ‘perpisahan’. Memang sangat mudah untuk dituliskan, terasa ringan untuk dilafadzkan, namun begitu berat untuk dihadapi dan selalu terasa sangat mendalam. Mengapa selalu ada perpisahan setelah pertemuan? Kalau begitu lebih baik tidak perlu ada pertemuan agar tidak ada kata berpisah yang kadang terasa sesak di dada. Namun mungkin bila tidak ada perpisahan, tidak akan ada pula kata pertemuan. Kedua kata tersebut tidak dapat dipisahkan, seperti sebuah pasangan yang bekerja secara antagonis.

Siklus pertemuan dan perpisahan ini terus terjadi dalam kehidupan seseorang dan dalam bergulirnya kehidupan di sekitar kita, semua silih berganti menggantikan yang lama dengan yang baru, menghapuskan yang sudah berlalu dengan sesuatu yang belum pernah kita temui. Siapa pun dia pasti mengalaminya. Pertemuan biasanya diwarnai dengan hal-hal yang indah dan membahagiakan, banyak cerita yang dapat dituliskan di diary kehidupan mengenai kisah-kisah pertemuan kita. Sebaliknya perpisahan justru lebih banyak didominasi oleh kesedihan, keharuan, dan linangan air mata. Sehingga tak sedikit orang yang enggan menuliskan cerita perpisahan di catatan kecil harian mereka.

Mungkin aku juga salah seorang yang harus menghadapi siklus ini. Pertemuan dan perpisahan yang silih berganti dengan setiap orang membuat hidup ini lebih berwarna, lebih indah untuk dijalani. Namun, andai kata itu bisa dihapus dari kamus kehidupan ini, aku akan segera menekan tombol delete secara permanen, karena seperti kebanyakan orang yang juga tidak suka dengan kata perpisahan. Namun kata itu sepertinya adalah kata default di dalam program kehidupan setiap manusia, sehingga mustahil untuk dihilangkan.

Kini aku telah sampai kembali di penghujung malam. Ku singkirkan almanak di atas meja komputer agar aku tidak lagi menghitung berapa malam yang harus ku lewati. Penantian yang berkepanjangan adalah hal yang cukup membuat diri ini merasa sakit. Menunggu pertemuan kembali adalah hal yang berat dan menegangkan. Walaupun kata orang, penantian bisa menjadi hal yang membahagiakan bila kita menikmatinya dan mengisinya dengan hal yang bermanfaat. Namun, bagiku ini sangat sulit untuk dinikmati. Perpisahan yang berat, tak hanya membuat jarak dan ruang namun juga meninggalkan noda di hati. Tapi hal tersebut harus dijalani demi menggapai sebuah mimpi, menunaikan janji yang sempat terucap. Kita memang harus berjarak, layaknya sebuah spasi yang akan memberikan makna kepada sebuah kalimat. Ruang kembali memisahkan.

"Manusia tidak dapat menuai filosofi arti kata memiliki sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan"

3 komentar:

  1. dont be sad mas bro kan kita masih selalu bersama..^_^
    kita msih sama-sama berjuang..
    EADC 2012 menanti kita..^_^

    EPICENTRUM

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha . .it's not about you brotha.

      aye aye . .semoga diberi kesempatan untuk lolos EADC di tahun terakhit kita.
      hehe.

      Hapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...