4/15/2012

Berteman dengan hati



Pengikat hati itu adalah komitmen. Berawal dari sebuah keyakinan yang mantap, untuk kemudian berubah menjadi tindakan sadar yang bertanggung jawab. Salah satunya adalah bersiap menghadapi tantangan yang menghadang, menaklukkan semua ujian yang datang, menyadari resiko yang ada, serta keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan lainnya.

Maka, saat pilihan untuk menikah itu datang, kita mestinya sadar, bahwa yang terbentang di depan sana sangat terjal dan berliku. Bukankan kita tidak sedang bermimpi, namun hidup di alam nyata?

Tidak ada –kecuali Allah menghendaki- hal yang kita temui dalam hidup, seluruhnya mulus tanpa hambatan. Indah seperti impian, manis laksana khayalan. Namun yang ada adalah hal-hal tak terduga berbeda dengan rencana. Juga fakta-fakta mengejutkan yang seringkali, nyaris membuat kita frustasi dan putus asa. Mimpi sedih menjadi nyata.

Ketika kita membuat keputusan untuk menikah, menentukan calon mempelai wanita serta meminangnya lah yang akan kita lakukan pertama kali. Maka tak salah jika kita menginginkan yang terbaik, yang ada di depan kita, yang akan menjadi pendamping kita mengarungi bahtera rumah tangga dan menjadi calon ibu bagi generasi penerus umat Islam kelak. Wanita yang dia sangat menjaga kehormatannya, baik akhlaknya, bagus perangainya, sopan tutur katanya dan selalu menyenangkan bila dipandang.

Romantisme cinta yang indah itu bisa jadi tidak ada dalam kehidupan nyata. Kalaupun ada, ia tidaklah kekal. Serupa dengan kisah cinta dalam film yang hanya berdurasi 2 hingga 3 jam. Ia akan usai dan pergi bersama kenangan indah yang tidak menjejak bumi. Hasrat yang menggebu-gebu itu telah berlalu. Keindahan ragawi dan hal-hal lain yang pernah membuat kita mabuk telah berubah bentuk. Fluktuasi rasa yang timbul tenggelam, tingi rendah, menguat dan melemah menguapkan kecondongan hati dan menepiskan rasa cinta. Itulah yang akan dirasakan ketika pinangan kita ditolak oleh tuan rumah, ketika i’tikad baik kita ternyata dianggap belum pantas untuk sang bidadari yang akan menjadi penghias rumah kita nanti, menjadi penyejuk pandangan di tengah ilusi dunia yang fana.

Padahal harus diakui bahwa menyemai cinta itu sejatinya tak semudah menanam singkong. Membangun cinta tidak sama dengan membangun rumah, menata bata di atas bata. Bisa diukur dan diprediksi secara presisi segala akibat dan kemungkinannya. Menjalani peran cinta tidak semudah kita menulis cerita yang ketika kita tidak suka dengan alur cerita dan endingnya kita dapat mengubah dan menghapusnya sesuka hati kita. Maka dapat kita bayangkan bagaimana susahnya menghancurkan harapan yang sudah kita bangun dan sudah kita persiapkan secara matang guna menjemput sang kekasih hati yang ternyata akan berakhir dengan kalimat ‘mungkin ada yang lebih baik bagimu’.

Ini adalah bagian tersulit, walaupun Allah telah menyebutkan di dalam kitab-Nya bahwa apa yang terbaik menurut kita, belum tentu hal tersebut adalah yang terbaik bagi kita menurut Allah. Jangan merendahkan diri dengan bangunan iman yang goyah dan nyaris runtuh karena masalah remeh temeh. Sibuk mempersoalkan hal-hal sepele yang menyesakkan dada. Membuat kita tidak terima, menyalahkan Allah atas takdir-Nya, atau berkeluh kesah alih-alih bersyukur atas nikmat-Nya.

Keinginan menjadi hamba Allah yang baik, memanfaatkan usia yang tak lagi belia, memproduktifkan waktu yang terus melaju, kesemuanya dalam keshalihan amal dan berkhusnudzon kepada Allah. Sebaris gigi berbaris rapi dalam senyuman menawan harus selalu kita jadikan obat untuk menyembuhkan luka hati yang telah menenggelamkan asa dan meluluhlantahkan harapan yang telah kita bangun sebelumnya.


“Ketika kita sedang dilanda kekecewaan dan kemarahan, janganlah hati kita mencipta jarak. Lebih-lebih lagi mengucapkan kata-kata yang mendatangkan jarak hati diantara kita. Mungkin di saat seperti itu, diam merupakan cara yang bijaksana. Menata hatilah. Karena waktu akan membantu kita”.

4 komentar:

  1. kecewa karena tidak jadi menikah ya...
    Allah Maha Teliti...Bersabar saja...semua indah pada waktunya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe . .ini bukan tentang saya kok mbak.
      :D

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...