8/04/2011

Nikah? Ghundulmu itu!



Alkisah, seorang pemuda dihinggapi gelisah di saat kuliah. Godaan yang mengancam agama dan kehormatannya terasa kian keras mendera. Puasa dan beraktifitas positif telah dilakukannya. Tetapi kadang justru itu! Aktifitas dakwah justru mempertemukannya dengan si jilbab biru yang selalu menunduk malu, si jilbab hitam yang elegan dan anggun, juga si jilbab coklat yang manis, lugu dan lucu. Hatinya kian gerah. Maka kepada ayahanda dan ibunda dikuatkannya hati untuk berkata, "Pak..Bu..Boleh nggak saya nikah sekarang…?"

Tentu saja ada empat mata yang terbelalak di ruang keluarga selepas isya’ hari itu.
"Heh..ngomong apa kamu? Nikah! Nikah! Gundhulmu itu!"
Kepalanya menunduk.
"Mbok ya sadar, Nak...", kali ini terdengar lebih lembut. Sang ibu. "Kamu itu kuliah masih semester berapa?! Bapak dan ibu nggak pernah melarang kamu ikut-ikutan aktifitas…apa itu namanya..ee?"
"Dakwah.."
"Iya dakwah! Tapi jangan aneh-aneh! Nikah saat kuliah, memangnya anak istrimu mau dikasih makan apa? Dipikirkan yang dalam ya Nak.. Jangan bicarakan lagi masalah nikah sebelum kamu lulus ya!"
"Tapi, banyak godaan Bu.. Nggak kuat!"
"Puasa, puasa!! Katanya belajar agama, gitu aja nggak ngerti."
"Sudah Pak.. Sudah..", sang ibu menarik tangan ayahnya. Lalu dia ditinggalkan. Sendiri. Tergugu. Wajahnya panas. Matanya berkaca-kaca. Hatinya belah.

Beberapa semester berlalu, dan esok adalah wisuda yang dinanti-nanti. Maka malam ini adalah saatnya bicara, begitu sang pemuda bergumam dalam hati.
"Pak.. saya sudah lulus.. tentang pernikahan..?"
"Eh, lulus itu artinya kamu pengangguran baru!"
"Iya Nak.. kamu konsentrasi cari kerja dulu ya..."
 Dan ia tak berkata apa-apa lagi. Harapan yang berkecambah telah tersiram air panas.

Waktu berganti. Dan kini pekerjaan sudah dalam genggaman.
"Pak.. Bu.. Emm, saya kan sudah kerja sekarang.."
"Kerja apa? Serabutan gitu! Tidak nyambung dengan kuliahmu! Hh.. Dengarkan! Bapak mau bicara baik-baik. Kamu cari pekerjaan yang mapan dulu. Baru kita bicarakan pernikahan!"
Pucuk daun harapan kembali pupus, hangus terbakar matahari.

Tetapi Allah Maha Kuasa. Beberapa waktu berjalan, pekerjaan di sebuah instansi bergengsi pun didapat. Dan berseri-seri wajah pemuda itu menghadap, "Pak.. Saya sudah bekerja seperti harapan Bapak.."
"Lha, kamu itu berangkat kerja saja masih pakai motor yang Bapak belikan. Nanti, ngomongin nikah kalau kamu sudah punya mobil.."

Dan beberapa waktu kemudian. "Pak.. Bu.. Saya sudah punya mobil.."
"Tapi nanti mau tinggal dimana Nak..? Coba ya, kamu usahakan punya rumah dulu..", kali ini sang ibunda yang lembut hati. Yang ia merasa hilang daya dan lumer sumsum kalau beliau sudah bicara. Ia menyerah lagi.
Hingga suatu hari. "Pak.. Bu.. Rumahnya sudah jadi!!! Jadi, kapan saya dinikahkan?"
Bapak ibunya saling berpandangan. Dan mereka menangis, "Aduh Nak.. Umurmu sudah 55.. Siapa yang mau?"


Jalan Cinta Para Pejuang
Salim A Fillah

7 komentar:

  1. ya ga begitu juga lah...kalau itu, sungguh terlalu...

    BalasHapus
  2. hihi.. nggak nyangka kalo akhirnya akan seperti itu..
    susah yaa, orang tua selalu berfikir : kuliah-kerja baru nikah. padahal kan kalo nikah maka Alloh akan membukakan pintu rezeki selebar-lebarnya..

    BalasHapus
  3. makanya pernah baca dimana gt,trnyata di jalan cinta para pejuangnya salim...masih dipinjem bukuku itu,udah setahun blm dikembaliin *crying screaming,hha

    Disegerakan mas,tak tunggu undangane
    *bersegera beda dng tergesa-gesa hlo...hoho

    BalasHapus
  4. mas jagoan mertua dan mbak imami :
    hehe . .lha itu lucu soalnya, walaupun mungkin agak lebay.
    :D
    he'em . .jadi ingat surat Muhammad ayat 7, barangsiapa yang menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya juga.
    menikah salah satu contoh menolong agama Allah kan?
    heumm . .

    mbak nita :
    hehe . . lha wong itu cuman notes dari temen kok mbak.
    saya malah ndak punya bukunya.
    :D

    yuphh . . saya tau, bersegera tapi jangan terburu-buru.
    oke dehh . . insyaa Allah sudah direncanakan kok.
    santai, nanti tak kasih undangan buka bersama *lohh?!*

    BalasHapus
  5. iya, disegerakan kalo memang sudah mampu dan sudah termasuk ke tingkatan yang wajib menikah.. ditunggu undangannya *kan mantan tetangga kelas sebelah :D

    BalasHapus
  6. hahahahahaha,... subhanallah,.. saya terhibur sekali dg cerita ini mas,. jazakumullah khoir :)

    BalasHapus
  7. mbak wiji :
    hehe . .itu saya cuman ngopas dari tetangga sebelah kok mbak, pas saya baca kok lucu terus minta ijin share deh ama dia.
    :D
    aamiin . .wa jazakillahu khoiron katsiro . .

    BalasHapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...