3/15/2011

Mengikuti adat?

Ketika taqlid menjadi sebuah kebiasaan

Kesalahan yang sering terjadi di masyarakat adalah mengikuti sesuatu karena adat dan kebiasaan (taqlid), dan tidak berdasarkan ilmu yang mereka pahami.
Karena kakek moyang mereka melakukan demikian dan demikian, maka mereka pun melakukan hal yang demikian serupa.
ketika ada acara aqiqah di rumah bapak kos, karena undangannya adalah aqiqah cucu bapak kos yang baru lahir, jadi ya saya datang.
dan kaget ketika sampai di sana ada semacam "sesajen", tapi bukan sesajen sebenarnya.
di sana tersedia kelapa muda, kembang tujuh rupa, kopi dan rokok.
dan ada seorang mudin (dai kampung) yang memimpin berlangsungnya acara aqiqah.
tiap selesai membaca doa, dia selalu bilang "Al-Fathihah", yang maksudnya adalah agar yang hadir di situ ikut membaca Al-Fathihah.
*satu kesalahan* (silakan dicari sendiri dalilnya)

ketika selesai, sang mudin itu berkata demikian, "ada orang yang menganggap bahwa ini bid'ah, tapi ini adat. Dan kami mengagamakan adat, bukan mengadatkan agama. Jadi kita mengikuti adat namun dibarengi dengan agama" (kurang lebih demikian yang saya tangkap).
*kesalahan kedua* (ini juga dicari sendiri ya dalilnya, hadist dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)

dari sini, saya ingin mengambil sebuah cerita.
Ketika kuncen (juru kunci) Gunung Merapi meninggal dalam posisi sujud, dan kata orang-orang beliau meninggal dalam keadaan sholat.
Namun, kalau beliau sholat, kenapa kiblatnya mengadap ke Keraton Jogja? Kenapa tidak mengarah ke ka’bah?
Dan dari pembelaan anak beliau, "beliau memang baru saja mengenal sholat, dan beliau baru hapal Al-Fathihah saja".
Kita tahu bahwa beliau adalah orang yang menjunjung tinggi sebuah adat, namun beliau juga beragama.
Seperti yang dibilang mudin di kampung kosan saya tadi, "kami mengagamakan adat".
Dan ketika pengajian, yang dibaca selalu surat Al-Fathihah, itulah mengapa mbah kuncen Gunung Merapi itu hanya hapal satu surat itu saja.
Coba kalau para mudin di semua kampung nyuruh mbaca Al-Baqarah, kan keren.
Jadi harusnya tiap selesai membaca doa, dia bilang "Al-Baqarah".
Kan lumayan tuh hapal 3 juz langsung.
^_^

3 komentar:

  1. hmmmmmmmmmmmmm..............

    *ini bukan junk*

    BalasHapus
  2. Bukannya bener ya??

    Agama dan adat tuh harus bisa jalan bersama... Karena ga bisa dipungkiri bahwa adat itu adalah ilmu empiris yang didapat dari pengalaman ratusan tahun...

    Makanya ada orang bilang 'kearifan lokal' harus dihargai sejajar dengan 'kecongkakan logikal'...

    CMIIW :D

    BalasHapus
  3. adieto-kun :
    walopun dibilang "ini bukan junk tetep aja itu junk.
    haduuuh..

    concon :
    wewww...punya blog juga ya con?
    beda con, kalo dalam Islam itu udah diatur sedemikian rupa, jadi ndak boleh ikut-ikutan adat.
    kalo adat kan ada sesajen ke arwah-arwah tu, pake nyembah-nyembah pohon segala.
    nahh...di kami yang kayak gitu itu nggak ada.
    begitu bung.

    BalasHapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...