1/14/2013

Mountaineering team leader



Menjadi seseorang yang sudah beberapa kali mendaki gunung kerap kali dijadikan alasan oleh teman-teman dalam menunjuk diriku sebagai team leader pada kegiatan pendakian gunung. Padahal, jika dilihat dari ilmu mendaki gunung, saya masih termasuk di dalam golongan orang-orang baru, karena sejatinya saya tidak pernah ikut dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan teknik mendaki ala pecinta alam yang sesungguhnya, dari awal memang saya tidak tergabung dalam kelompok pecinta alam organisasi tertentu jadi wajar jika pengetahuan yang saya miliki tidak selengkap mereka. Namun, apa yang saya miliki berdasarkan pengalaman yang saya dapat, apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, dan apa yang saya rasa ketika melakukan pendakian menuju sebuah tempat yang sering saya sebut sebagai Negeri di Atas Awan.

Team leader yang hebat akan bekerja secara efektif agar timnya tetap dalam keadaan yang stabil, dan selalu melihat keadaan setiap anggota tim. Artinya, kiita harus berpikir dan berperasaan bahwa tim kita kuat dan selalu memberikan dukungan untuk membangun kembali mental yang biasanya kerap kali menurun dikarenakan pendakian yang panjang dan sangat menguras tenaga.

Mungkin sebagian orang berpikir bahwa menjadi team leader di dalam sebuah pendakian adalah hal yang sepele dan mudah, karena kita hanya tinggal mengatur jadwal, mengomunikasikan keadaan, membagi tugas, dan mengoordinasi perjalan. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa ketika sudah memutuskan untuk melakukan perjalanan di alam bebas kita bermain dengan keselamatan kita sendiri? Bahkan tidak hanya itu, keselamatan tim dapat menjadi tanggung jawab seorang team leader tersebut.


Dalam pendakian gunung banyak sekali resiko yang dihadapi dan sebagai team leader, kita tidak boleh panik ketika menghadapai resiko tersebut sewaktu di atas gunung. Maka rencana dan keputusan yang matang harus disiapkan, baik yang dalam keadaan normal maupun spontan. Kita harus memperlihatkan sikap yang tenang dan mendorong semangat anggota tim untuk menyusun strategi baru jika terjadi sesuatu hal di dalam perjalanan. Kita wajib untuk mengoordinir, mengomunikasikan, dan memberi perasaan yakin dan percaya diri kepada setiap anggota tim, ego harus dibuang jauh-jauh ketika kita sedang berada di alam.

Maka, ketika di dalam tim ada anggota baru, saya selalu berbagi filosofi pendakian, bahwa pendakian adalah bertemunya sekian banyak jiwa dari sudut bumi, bertaruh mencari semangat yang terkikis, menampilkan toleran terbaik dan menyepakati persaudaraan, tanpa perbedaan usia, strata sosial, suku dan juga agama. Pendaki harus menepis semua dimensi yang membangun dinding pemisah. Pendaki adalah petarung moral yang sebenarnya. Karena di dalam pendakian, materi tak lagi ‘dibutuhkan’, yang ada adalah kebersamaan, tenggang rasa dan kepedulian sesama. Dengan filosofi ini saya berharap anggota tersebut dapat memahami hakikat pendakian yang sebenarnya dan membawa ‘sesuatu’ setelah melakukan kegiatan pendakian.

Dan terakhir, sebagai team leader kita harus memahami bahwa tim pemenang harus selalu mempertahankan sikap yang hebat setelah beberapa kemenangan dan kekalahan. Jadi, saat dapat mencapai target yang ditetapkan janganlah sombong dan berlebihan, ketika kita telah menggapai puncak tertinggi, bukan kesombongan yang dimunculkan melainkan rasa syukurlah yang harus diucapkan karena tidak semua orang dapat merasakan apa yang kita rasakan saat itu. Dan demikian juga saat tim tidak mampu memenuhi target dan tidak sampai puncak, janganlah panik dan meragukan kekuatan tim kita, karena di setiap pendakian puncak bukanlah segalanya. Ada kalanya lebih penting untuk menghargai dan menyelamatkan kehidupan kita ketimbang mengorbankan segalanya demi ambisi kita, seperti cerita dalam novel Into Thin Air yang diangkat dari kisah nyata dan catatan pribadi Jon Krakauer, wartawan dan penulis buku yang mengisahkan perjalanan menuju puncak Everest yang berakhir tragis. Kita harus menekankan kepada tim kita bahwa puncak bukanlah segalanya, dan puncak tetap bukan segalanya.

Selamat menjadi team leader yang tidak hanya dapat membawa tim kita dapat berdiri di atas tanah tertinggi, namun juga dapat kembali ke rumah dengan selamat tanpa kurang apa pun.
Salam lestari!


5 komentar:

  1. follow the leader....roger that...!!! (CS mode )

    tp tetep ingat diatas leader masih ada "emak" nya leader,hehe..
    jangan lupa buat ijin sama emak,,dan jangan memaksa untuk berangkat jika emak kita tidak mengijinkan atau melepas kita dengan berat hati...(dampaknya besar lho,,baik ke kondisi psikis hingga apa yg akan kita jumpai di lapangan --> just share pengalaman priabdi aja kang..:))

    moga kita bisa terus menjalani hobi ini sampe kakek bro, tanpa kehilangan satu anggota tubuh pun,hehe..:p
    masbro..ingat pertama kita naik Lawu?,disitu aku merasa hanya "gunung" yang bisa membuat kita kita sebaga seorang "sahabat" yg sebenarnya...^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha..kena racun CS toh.
      :D

      indeed, parent's permission can affected our itinerary, if they not allow us to hike the mountain so dont force to go there, because it'll have a bad effect later.

      Hapus
  2. wah keren yah, dan kompak banget

    BalasHapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...