4/16/2011

Catatan Seorang Profesor Jerman


Selepas ujian Teknologi Pengolahan Pangan, beliau memanggil saya. “Ndhi, katanya kamu kamu minjam buku, ini udah aku bawain. Oia, kamu udah baca buku Habibie dan Ainun belum? Ini aku punya, untuk kamu ajalah, buat baca-baca di kosan”. Ada sebuah penggalan cerita yang menarik menurut saya, cerita pengalaman dari seorang Profesor sekaligus guru besar yang sudah masyhur namanya, Prof. Dr-Ing. Baharuddin Jusuf Habibie. Mantan Presiden Indonesia ketika Orde Baru runtuh dan pioner Reformasi di Indonesia. Dibalik kecerdasannya, beliau menyimpan sosok romantis yang mungkin selama ini tidak kita ketahui, beliau menulis sebuah buku yang didedikasikan kepada almarhumah istri tercintanya. Begitu pun ibu Ainun yang lebih duluan menulis buku tentang perjalanan hidup seorang Profesor lulusan Fakultas bagian Mesin Rheinisch Westfalische Technische Hochschule – Aachen (RWTH – Aachen) Jerman.

Ada satu ucapannya yang tak pernah saya lupakan. “he..kenapa sih kamu kok gendut dan hitam?”. Kami semua gadis-gadis semuanya kaget, “eh..kok begitu. Mau apa dia?”. Saya dan teman-teman lagi duduk-duduk ngobrol waktu itu. Tiba-tiba saja ia datang dan mengatakannya. Mungkin ada maksudnya. Entahlah. Memang, kita berdua sudah saling tahu-mengetahui sejak dari SMP 5 dan SMP 2 kita yang bersebelahan di Bandung itu. Katakanlah saling kenal mata. Keluarga kami berkenalan baik dan saling datang ke rumah, keluarganya di Jalan Imam Bonjol, orang tua saya di Ciumbuluit.

Sehabi SMA kami jalan sendiri-sendiri, dia ke Jerman belajar menjadi insinyur, saya ke Jakarta masuk Fakultas Kedokteran UI. Indekos mula-mula pada keluarga Harjono MT di Jalan Borodubur, kemudian pada keluarga Abidin di Jalan Lembang. Hidup cepat berlalu, tahun 1961 saya lulus, lalu bekerja di bagian Kedokteran Anak FKUI. Saya pindah rumah ke Jalan Kimia agar dekat dengan tempat kerja.
Suatu hari menjelang lebaran tahun 1962 Fanny ke rumah dan langsung masuk ke dapur mencari ibu saya. Rupanya ia sendiri menunggu di mobil. Dan karena Fanny tidak keluar-keluar akhirnya ia sendiri masuk.
Maka bertemu kembalilah kami setelah sekian tahun tidak bertemu muka. Bertemu di kamar makan rumah orang tua saya. Dua-duanya sudah dewasa. Saling memandang mata. Saling menegur, “kok gula jawa sudah jadi gula pasir”, katanya.

Dan mulailah timbul perasaan-perasaan. Barangkali perasaan-perasaan yang terpendam selama itu.

Demikian catatan Ibu Ainun dalam buku A. Makmur Makka “Setengah Abad Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie : Kesan dan Kenangan”


ps : beliau yang memberikan buku ini juga lulusan dari Jerman, beliau menempuh S3 tanpa wisuda S2 terlebih dahulu di Jurusan Meat Technology Universitaet Hohenheim - Germany.

9 komentar:

  1. chal, pinjem dong bukunya.. pengen baca. hehehe

    BalasHapus
  2. bhektiayu :
    sabar yak.
    nunggu aku kelar dulu bacanya.
    hehe..

    BalasHapus
  3. okehokeh. ditunggu dengan sabar. haha. btw g ikutan anak2 outbond?

    BalasHapus
  4. bhaktiayu :
    sipph...ntar kalo udah kelar ku kasi tau deh.
    ndak ikutan, tadi pagi lagi ga enak badan, kemarin sore kehujanan soalnya.
    T.T

    BalasHapus
  5. tepat sebulan yang lalu saya berada didalam ruangan mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Bapak BJ. Habibie, semua diaam tertegun dengan apa yg disampaikannya. subhanallah kesan pertama kali bertatap dengan beliau adl saat beliau menyampaikan pesan2 nya begitu menggugah semangat untuk kita, padahal beliau sudah cukup sepuh tapi tetap Keren ^____^ , seandainya putra2 bangsa bisa seperti beliau ..hehe berkhayal dengan pesawat terbang yg dibuatnya :-D

    BalasHapus
  6. ermaynee :
    orang akan mendengarkan pesan yang beliau sampaikan karena pesan yang disampaikan biasanya berdasarkan pengalaman beliau.
    terbukti bahwa proses belajar itu dipengaruhi oleh siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan.

    saya juga ingin bertemu beliau, ingin mendengarkan pengalaman dan motivasi beliau sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini.

    kalau di buku beliau yang saya baca, salah satu motivasi yang membuat beliau tetap semangat adalah dukungan dari sang istri tercinta, ibu Ainun Habibie.
    *senang ya kalau bisa mendapat nisfuddin seperti beliau*
    hehe..

    BalasHapus
  7. bukannya kebalik pak dhe, dengarkan apa yang disampaikan jgn melihat siapa yg menyampaikan?

    tapi memang berpengaruh juga sih :-)
    misalnya saja sudah ill fill dgn dosen, tetep mempengaruhi apa yg didapat juga..hee

    BalasHapus
  8. nunggu e-book gratisannya keluar :P

    yang ngasi buku keren juga tuh..

    BalasHapus
  9. ermaynee :
    ya itu yang saya maksud, kalau yang menyampaikan menarik, materi pun akan menjadi menarik walaupun sebenarnya tidak kita sukai.

    vanilaeru :
    yahh..dia nunggu e-boooknya.
    heumm...
    beli yang aslinya lah.
    itung2 bantu yang nulis buku.
    *padahal saya juga ga beli, dikasih*
    hehe..

    he'em..tapi kalo diliat dari luar, beliau orangnya sederhana lho, senang bercanda juga.
    kalo lagi konsultasi malah kayak cerita antara anak dan bapak.
    hoho..

    BalasHapus

Welcome to my "freak" blog site.
You don't have to send the greatest note in the world or come up with clever phrases.
Just let them know you appreciate it.
When have you ever wished someone hadn't thanked you?
Any comments are very meaningfull for a better the writing writer's.
^_^
arigatou gozaimashu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...