Selepas ujian Teknologi Pengolahan Pangan, beliau memanggil saya. “Ndhi, katanya kamu kamu minjam buku, ini udah aku bawain. Oia, kamu udah baca buku Habibie dan Ainun belum? Ini aku punya, untuk kamu ajalah, buat baca-baca di kosan”. Ada sebuah penggalan cerita yang menarik menurut saya, cerita pengalaman dari seorang Profesor sekaligus guru besar yang sudah masyhur namanya, Prof. Dr-Ing. Baharuddin Jusuf Habibie. Mantan Presiden Indonesia ketika Orde Baru runtuh dan pioner Reformasi di Indonesia. Dibalik kecerdasannya, beliau menyimpan sosok romantis yang mungkin selama ini tidak kita ketahui, beliau menulis sebuah buku yang didedikasikan kepada almarhumah istri tercintanya. Begitu pun ibu Ainun yang lebih duluan menulis buku tentang perjalanan hidup seorang Profesor lulusan Fakultas bagian Mesin Rheinisch Westfalische Technische Hochschule – Aachen (RWTH – Aachen) Jerman.